Pada Hari Selasa, 24 Agustus 2021, IWABRI Tingkat Wilayah Jakarta 2 turut serta dalam acara Pengajian Majelis Taklim Assakinah yang diselenggarakan via zoom meeting. Acara pengajian ini diikuti ibu-ibu anggota MT Assakinah, IWABRI Kantor Pusat dan IWABRI Tingkat Wilayah yang berjumlah mencapai 500 peserta dengan tema “Kajian Tafsir Surat Al Fatihah“
Narasumber pada acara pengajian ini adalah Ustadz Dr. Soetrisno Hadi, MM, MSi. Beliau adalah dosen Universitas Tarumanegara, Imam Masjid Istiqlal serta sering diundang dalam berbagai acara pengajian di berbagai instansi. Pendidikan terakhir beliau program Doktoral Manajemen Pendidikan Islam, Pengkajian Islam dari UIN Syarif Hidayatullah.
Pada awal pemaparannya beliau menyampaikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dalam Bahasa Arab. Al-Quran dimana yang tertulis dalam mushaf, yang membacanya dihitung sebagai ibadah yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Surat Al Fatihah memiliki banyak nama antara lain:
- Surat Al Fatihah disebut pula ash shalah, yang artinya shalat karena shalat tidaklah sah kecuali dengan Al Fatihah.
- Al-Hamdu, karena di dalam surat Al Fatihah terdapat pujian
- Fatihat Al-Kitab, menjadi pembuka Al-Kitab
- Ummul Kitab (Induk Kitab)
- Ummul Quran (Induk Quran)
Surat Al Fatihah terdiri dari tujuh ayat yaitu:
Ayat pertama: Bismillahir-rahmanir-rahim, yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Maknanya, aku memulai dengan menyebut nama Allah, mengingat-Nya, mensucikan-Nya, sebelum melakukan apapun, sambal memohon pertolongan kepada-Nya dalam segala urusan.
Ayat kedua: Al-hamdu lillahi rabbil’alamiin, yang artinya Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Dia-lah (Allah) yang benar-benar patut dipuji karena seluruh pujian hanyalah milik Allah SWT.
Ayat ketiga: Ar-rahmanir-rahiim, yang artinya Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ar-Rahmaan, Maha Pemurah bagi semua makhluk-Nya tanpa pilih kasih (bersifat umum untuk semua). Ar-Rahiim bersifat khusus bagi mereka yang beriman dengan surga.
Ayat keempat: Maliki yaumidiin, yang artinya yang menguasari hari pembalasan. Ayat ini mengandung aspek aqidah Islamiyah yaitu aspek ruhiyah, yang menginformasikan adanya hari pembalasan (Yawm ad-Din).
Ayat kelima: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, yang artinya hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Ayat ini menghimpun aspek etik dalam Al-Quran yang mengajarkan pentingnya bersikap dan akhlak mulia, seperti istiqamah (konsisten)
Ayat keenam: Ihdinas-siratal-mustaqim, yang artinya tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Imama Nawawi mengatakan bahwa ayat ini meminta agar selalu ditambahkan hidayah-Nya.
Ayat ketujuh: siratallazina an’amta ‘alaihim gairil-magdubi’alaihim wa lad-dallin, yang artinya ayat ini mengandung dimensi historis dalam Al-Quran yang menginformasikan adanya orang-orang yang sukses dengan nikmat Allah swt, seperti para nabi dan rasul, shiddiqin, syuhada dan shalihin.